Rabu, 04 Januari 2017

MAKALAH RUBU' MUJAYYAB (NUR KHAFIDHOH)



RUBU’ MUJAYYAB
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Islam Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Rikza Chamami, Msi

Disusun Oleh :

Lu’luil Maknun                       (1403026052 )
Fahiya ‘Alamatul Karomah     (1403026053 )
Ahmad Muhajirin                    (1403026056)
Nur Khafidhoh                       (1403026058)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
                               I.            PENDAHULUAN
Dalam khazanah ilmu falak sebagai bagian dari astronomi yang terkait dengan ibadah umat islam, penentuan arah kiblat menjadi hal penting untu didalami. Dalam penentuan arah kiblat, setidaknya ada dua metode yang dapat digunakan , yaitu azimuth kiblat dan rashdul kiblat. Azimuth kiblat (perhitungan sudut menghadap kiblat) dapat diaplikasikan pada beberapa alat seperti rubu’ mujayyab, segitiga kiblat, kompas, theodolit dan GPS. Sedangkan rashdul kiblat memperhitungkan waktu pada saat posisi matahari berada di atas ka’bah atau ketika matahari berada di jalur yang menghubungkan antara ka’bah dengan suatu tempat. [1]
Rubu’ mujayyab merupakan salah satu dari alat penentuan arah kiblat. Rubu’ Mujayyab  secara umum adalah  sebuah alat yang dipergunakan untuk menghitung sudut  benda-  benda  angkasa, menghitung waktu, menentukan waktu salat, kiblat, posisi  matahari dalam berbagai macam konstelasi sepanjang  tahun. Setiap alat penentu arah kiblat tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dalam alat Rubu’ Mujayyab  ini memiliki kelemahan dan kelebihan.

                            II.            RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Pengertian Rubu’ Mujayyab ?
2.      Bagaimana Sejarah Rubu’ Mujayyab ?
3.      Bagaimana cara penggunaan Rubu’ Mujayyab ?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan Rubu’ Mujayyab ?




                         III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Rubu’ Mujayyab
Rubu’ Mujayyab berasal dari Bahasa Arab , kataربع  berarti seperempat[2] dan kata مجيب (sebagai maful dari kata جيب) berarti sinus.[3] Jadi secara bahasa Rubu’ Mujayyab yaitu  suatu benda yang berbentuk seperempat  lingkaran yang diberi suatu konstruksi untuk menghitung nilai sinus.  Rubu’ Mujayyab  secara istilah adalah  sebuah alat yang dipergunakan untuk menghitung sudut  benda-  benda  angkasa, menghitung waktu, menentukan waktu salat, kiblat, posisi  matahari dalam berbagai macam konstelasi sepanjang  tahun. Rubu’ mujayyab yaitu sebuah alat yang berguna untuk menghitung, mengukur, dan berisi tabel astronomis, bentuknya seperempat dairoh. [4] alat ini berguna untuk membantu memecahkan dalam sebuah perhitungan yang berkaitan dengan segitiga bola dan trigonometri.[5]

    Gambar. Rubu’ al-Mujayyab
Bagian-bagian penting dari Rubu’:
a.       Bagian yang melengkung sepanjang seperempat lingkaran, disebut “qaus” (busur). Bagian ini diberi skala derajat 0 sampai dengan 90 yang dimulai dari sisi Jaib Tamam dan diakhiri pada sisi Jaib.
b.      Satu sisi lurus tempat mengincar sasaran, disebut “Jaib”. Artinya Sinus. Bagian ini diberi skala 0 sampai 60 yang disebut satuan sittini (satuan seperenampuluhan) atau 0 sampai dengan 100 yang disebut A’syari (Satuan Desimal). Dari tiap titik satuan skala itu, ditarik garis yang tegak lurus terhadap sisi “Jaib” itu sendiri. Garis-garis itu disebut “Juyub Mankusah”.
c.       Sisi lurus lainnya, disebut sisi Jaib Tamam, (artinya cosinus), yang memuat skala seperti pada sisi Jaib. Juga dari tiap titik skala ini ditarik garis yang tegak lurus terhadap sisi Jaib Tamam itu sendiri. Garis-garis ini disebut “Juyub Mabsuthah”.
d.      Titik pusat rubu’, disebut “Markaz”. Titik ini merupakan perpotongan antara sisi “Jaib” dengan sisi “Jaib Tamam”. Pada titik ini terdapat lobang kecil yang dimasuki benang.
e.       Pada benang tersebut ada simpulan kecil, terbuat dari benang juga yang dapat digeser turun naik dengan mudah, berfungsi sebagai pemberi tanda. Simpulan ini disebut “Muri”.
f.       Bandul, terbuat dari logam yang dikaitkan pada ujung benang. Bandul ini berfungsi untuk meluruskan benang sehingga dengan jelas benang tersebut menempati titik atau garis tertentu. Bandul ini disebut “Syakul”.
g.      Lobang kecil sepanjang sisi Jaib yang berfungsi sebagai teropong untuk mengincar suatu Benda Langit atau sasaran lainnya. Lubang ini disebut “Hudafah”.
Rubu’ yang baik adalah yang ukurannya cukup besar, skalanya teliti dan tepat, lubang pada Markaz hanya pas untuk benang saja (tidak longgar) dan lobang Hadafahnya tidak terlalu besar serta persis berimpit dengan sisi Jaib. Disamping itu, jika Rubu’ tersebut akan dipergunakan untuk mengincar sasaran, hendaknya memakai tiang yang dapat distel sedemikian rupa sehingga kalau sasarannya sudah kena, posisinya tidak berubah lagi dan dengan tepat benang bersyakul itu akan menunjukkan posisi yang sebenarnya.

B.     Sejarah Rubu’ al-Mujayyab
Peralatan penting dalam ilmu falak salah satunya adalah kuadran astrolabe (Rubu’ al-Mujayyab), bentuk yang lebih sederhana dari astrolabe. Astrolabe berbentuk buah piringan dengan skala derajat yang diletakkan sedemikian rupa untuk menyatakan ketinggian suatu benda langit yang dilengkapi dengan satu lubang pengintai.  Rubu’ al-Mujayyab tidak terlalu rumit dan berbentuk seperti piringan yang memiliki sudut Sembilan puluh derajat, yang digunakan untuk memecahkan seluruh masalah dasar pada astronomi ruang (masalah yang berhubungan dengan pemetaan ruang langit) untuk ketentuan tertentu.[6]
Rubu’ al-Mujayyab dibuat oleh seorang ahli ilmu falak Syiria bernama Ibn Asy-Syatir pada abad ke 14. Alat ini dikembangkan oleh kaum Muslimin di Mesir pada abad ke- 11 atau ke -12, alat ini pada abad ke 16 telah menggantikan astrolabe di dunia Muslim kecuali di Persia dan Hindia.[7]  David A. King menyebutkan bahwa Rubu’ al-Mujayyab berawal dari diskusi banyak ahli astronomi islam dari Mesir dan Syiria yang membuat solusi perhitungan trigonometri.[8]
C.    Penggunaan Rubu’ al-Mujayyab
Contoh penggunaan rubu’:
a.       Meski kita akan mengukur ketinggian suatu Benda Langit yang sudah jelas terlihat di atas horizon. Mula-mula kita incar Benda Langit tersebut melalui lubang Hadafah dari arah Qous. Jadi posisi Rubu’ adalah sebagai berikut:

Markaz berada paling atas, sisi Jaib Tamam berada paling depan dari arah kita dan sisi Qous berada paling bawah. Setelah sasaran kena, lihatlah letak benang bersyakul pada sisi Qous, kemudian kita lihat skala yang dimulai dari dari Awwalul Qous (sisi Jaib Tamam). Angka tersebut menunjukkan ketinggian Benda Langit.
b.      Untuk memperoleh harga Sinus dari ketinggian Benda Langit tersebut di atas, kita lihat garis JUYUB MANKUSAH yang melalui angka ketinggian Benda Langit memotong sisi Jaib. Angka pada sisi Jaib yang dihitung mulai dari Markaz itulah menunjukkan harga Sinus.
c.       Untuk memperoleh harga Cosinus dari ketinggian Benda Langit tersebut diatas, kita lihat garis JUYUB MABSUTHAH yang melalui angka ketinggian Benda Langit memotong sisi Jaib Tamam yang dihitung mulai Markaz itulah menunjukkan harga Cosinus.
Selain hal tersebut di atas, Rubu’ Mujayyab dapat dipergunakan untuk menentukan fungsi-fungsi geneometris lainnya, perkalian dan pembagian fungsi geneometris, mengukur ketinggian sebuah menara, pohon, dan kedalaman sebuah sumur, lebar sebuah sungai dan lain sebagainya. [9]

D.    Kelemahan dan Kelebihan Rubu’ Mujayyab (Alat Falak)
a)      Kelebihan yang terdapat dalam Rubu’ Mujayyab
1.      Rubu’ Mujayyab merupakan sebuah alat yang multi fungsi, tidak hanya sebagai alat menghitung biasa saja seperti kalkulator, tetapi bisa digunakan untuk menghitung ketinggian benda langit, tinggi tempat, tinggi tiang, dan kedalaman sebuah sumur.
2.      Rubu’ Mujayyab merupakan alat yang memberikan tabel astronomis, sehingga bisa digunakan untuk mencari deklinsi matahari dan data astronomi lainnya.
b)      Kelemahan yang terdapat dalam Rubu’ Mujayyab
1.      Data yang ditampilkan pada alat ini tidak detail, hanya data derajat saja.
2.      Dalam penentuan data dan pengambilannya tergantung pada kecermatan hasib, karena alat yang digunakan adalah Rubu’ Mujayyab yang ketelitian alatnya masih kurang baik.
3.      Susunan dari rumus mencari arah kiblat masih terpisah-pisah, tidak menjadi satu kesatuan, atau satu jalan, sehingga dalam mencari arah kiblat itu harus mencari data satu persatu. [10]

                         IV.            PENUTUP
A.  Kesimpulan
            Rubu’ Mujayyab  secara istilah adalah  sebuah alat yang dipergunakan untuk menghitung sudut  benda-  benda  angkasa, menghitung waktu, menentukan waktu salat, kiblat, posisi  matahari dalam berbagai macam konstelasi sepanjang  tahun.  Bagian-bagian rubu’ mujayyab diantaranya markah, qousul irtifa’, jaib Tamam. Dll. Rubu’ al-Mujayyab dibuat oleh seorang ahli ilmu falak Syiria bernama Ibn Asy-Syatir pada abad ke 14. Rubu’ Mujayyab   mempunyai kelebihan dan kelemahan.

B.  Kritik dan Saran
            Dalam pembuatan makalah diatas,  masih terdapat banyak kesalahan atau kekurangan. Karena keterbatasan kemampuan kami oleh karena itu, kami mohon kepada teman-teman untuk membimbing kami dalam membuat makalah yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua












DAFTAR PUSTAKA

 Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama. 2010, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam,
Izzuddin, Ahmad. 2012.  Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia.
-------------- 2001.Ilmu Falak Praktis . Semarang: Pustaka Rizki Putra,
Munawir, Ahmad Warson.1997. Kamus al-Munawir Arab- Indonesia Terlengkap cet. XIV. Surabaya: Pustaka Prograssif.
Ardliansyah, Moelki.  Kajian Perangkat Hisab Rukyat Nusantara. dalam Jurnal Bimas Islam ,Vol. 8 No.1, Tahun 2015. http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/Vol%208%20no%201.pdf  dikutip pada tanggal 4 November pukul 11.03


[1] Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia,2012), hlm.xvi
[2] Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap,(Surabaya: Pustaka Prograssif, cet. XIV, 1997), hlm. 467
[3] Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap,...hlm.227
[4]Moelki Ardliansyah, Kajian Perangkat Hisab Rukyat Nusantara, dalam Jurnal Bimas Islam ,vol. 8 no.1, Tahun 2015. (dikutip pada tanggal 4 November pukul 11.03)
[5] Ahmad Jaelani, dkk, Hisab Rukyat Menghadap Kiblat ,( Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002),hlm,192
[6] Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya... hlm. 71-72
[7] Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya,…hlm. 73
[8] Ahmad Izzuddin,Ilmu Falak Praktis ,(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001),hlm.63
[9] Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Jakarta: 2010, hlm.200-202.
[10] Skripsi encep abdul rojak,  hal 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar