RUBU’ MUJAYYAB
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Islam Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Rikza Chamami, Msi

Disusun
Oleh :
Lu’luil Maknun (1403026052
)
Fahiya ‘Alamatul Karomah (1403026053
)
Ahmad Muhajirin (1403026056)
Nur Khafidhoh (1403026058)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PENDAHULUAN
Dalam
khazanah ilmu falak sebagai bagian dari astronomi yang terkait dengan ibadah
umat islam, penentuan arah kiblat menjadi hal penting untu didalami. Dalam penentuan
arah kiblat, setidaknya ada dua metode yang dapat digunakan , yaitu azimuth
kiblat dan rashdul kiblat. Azimuth kiblat (perhitungan sudut menghadap kiblat)
dapat diaplikasikan pada beberapa alat seperti rubu’ mujayyab, segitiga kiblat,
kompas, theodolit dan GPS. Sedangkan rashdul kiblat memperhitungkan waktu pada
saat posisi matahari berada di atas ka’bah atau ketika matahari berada di jalur
yang menghubungkan antara ka’bah dengan suatu tempat. [1]
Rubu’
mujayyab merupakan salah satu dari alat penentuan arah kiblat. Rubu’
Mujayyab secara umum adalah sebuah alat yang dipergunakan untuk
menghitung sudut benda- benda
angkasa, menghitung waktu, menentukan waktu salat, kiblat, posisi matahari dalam berbagai macam konstelasi
sepanjang tahun. Setiap alat penentu
arah kiblat tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dalam
alat Rubu’ Mujayyab ini memiliki
kelemahan dan kelebihan.
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Rubu’ Mujayyab ?
2. Bagaimana Sejarah Rubu’ Mujayyab ?
3. Bagaimana cara penggunaan Rubu’
Mujayyab ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan Rubu’
Mujayyab ?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rubu’ Mujayyab
Rubu’
Mujayyab
berasal dari Bahasa Arab , kataربع berarti seperempat[2]
dan kata مجيب (sebagai maful dari
kata جيب)
berarti sinus.[3]
Jadi
secara bahasa Rubu’
Mujayyab yaitu suatu benda yang berbentuk
seperempat lingkaran yang diberi suatu
konstruksi untuk menghitung nilai sinus. Rubu’ Mujayyab
secara istilah adalah sebuah alat
yang dipergunakan untuk menghitung sudut
benda- benda angkasa, menghitung waktu, menentukan waktu
salat, kiblat, posisi matahari dalam
berbagai macam konstelasi sepanjang
tahun. Rubu’ mujayyab yaitu sebuah alat yang berguna untuk menghitung,
mengukur, dan berisi tabel astronomis, bentuknya seperempat dairoh. [4]
alat ini berguna untuk membantu memecahkan dalam sebuah perhitungan yang
berkaitan dengan segitiga bola dan trigonometri.[5]

Gambar. Rubu’ al-Mujayyab
Bagian-bagian penting dari Rubu’:
a.
Bagian
yang melengkung sepanjang seperempat lingkaran, disebut “qaus” (busur). Bagian
ini diberi skala derajat 0 sampai dengan 90 yang dimulai dari sisi Jaib Tamam
dan diakhiri pada sisi Jaib.
b.
Satu
sisi lurus tempat mengincar sasaran, disebut “Jaib”. Artinya Sinus. Bagian ini
diberi skala 0 sampai 60 yang disebut satuan sittini (satuan seperenampuluhan)
atau 0 sampai dengan 100 yang disebut A’syari (Satuan Desimal). Dari tiap titik
satuan skala itu, ditarik garis yang tegak lurus terhadap sisi “Jaib” itu
sendiri. Garis-garis itu disebut “Juyub Mankusah”.
c.
Sisi
lurus lainnya, disebut sisi Jaib Tamam, (artinya cosinus), yang memuat skala
seperti pada sisi Jaib. Juga dari tiap titik skala ini ditarik garis yang tegak
lurus terhadap sisi Jaib Tamam itu sendiri. Garis-garis ini disebut “Juyub
Mabsuthah”.
d.
Titik
pusat rubu’, disebut “Markaz”. Titik ini merupakan perpotongan antara sisi
“Jaib” dengan sisi “Jaib Tamam”. Pada titik ini terdapat lobang kecil yang
dimasuki benang.
e.
Pada
benang tersebut ada simpulan kecil, terbuat dari benang juga yang dapat digeser
turun naik dengan mudah, berfungsi sebagai pemberi tanda. Simpulan ini disebut
“Muri”.
f.
Bandul,
terbuat dari logam yang dikaitkan pada ujung benang. Bandul ini berfungsi untuk
meluruskan benang sehingga dengan jelas benang tersebut menempati titik atau
garis tertentu. Bandul ini disebut “Syakul”.
g.
Lobang
kecil sepanjang sisi Jaib yang berfungsi sebagai teropong untuk mengincar suatu
Benda Langit atau sasaran lainnya. Lubang ini disebut “Hudafah”.
Rubu’
yang baik adalah yang ukurannya cukup besar, skalanya teliti dan tepat, lubang
pada Markaz hanya pas untuk benang saja (tidak longgar) dan lobang Hadafahnya
tidak terlalu besar serta persis berimpit dengan sisi Jaib. Disamping itu, jika
Rubu’ tersebut akan dipergunakan untuk mengincar sasaran, hendaknya memakai
tiang yang dapat distel sedemikian rupa sehingga kalau sasarannya sudah kena,
posisinya tidak berubah lagi dan dengan tepat benang bersyakul itu akan
menunjukkan posisi yang sebenarnya.
B. Sejarah Rubu’ al-Mujayyab
Peralatan penting dalam ilmu falak salah
satunya adalah kuadran astrolabe (Rubu’ al-Mujayyab), bentuk yang lebih
sederhana dari astrolabe. Astrolabe berbentuk buah piringan dengan skala
derajat yang diletakkan sedemikian rupa untuk menyatakan ketinggian suatu benda
langit yang dilengkapi dengan satu lubang pengintai. Rubu’ al-Mujayyab tidak terlalu rumit dan
berbentuk seperti piringan yang memiliki sudut Sembilan puluh derajat, yang
digunakan untuk memecahkan seluruh masalah dasar pada astronomi ruang (masalah
yang berhubungan dengan pemetaan ruang langit) untuk ketentuan tertentu.[6]
Rubu’ al-Mujayyab dibuat oleh seorang
ahli ilmu falak Syiria bernama Ibn Asy-Syatir pada abad ke 14. Alat ini
dikembangkan oleh kaum Muslimin di Mesir pada abad ke- 11 atau ke -12, alat ini
pada abad ke 16 telah menggantikan astrolabe di dunia Muslim kecuali di Persia
dan Hindia.[7] David A. King menyebutkan bahwa Rubu’
al-Mujayyab berawal dari diskusi banyak ahli astronomi islam dari Mesir dan
Syiria yang membuat solusi perhitungan trigonometri.[8]
C. Penggunaan Rubu’ al-Mujayyab
Contoh
penggunaan rubu’:
a.
Meski
kita akan mengukur ketinggian suatu Benda Langit yang sudah jelas terlihat di
atas horizon. Mula-mula kita incar Benda Langit tersebut melalui lubang Hadafah
dari arah Qous. Jadi posisi Rubu’ adalah sebagai berikut:
Markaz berada paling
atas, sisi Jaib Tamam berada paling depan dari arah kita dan sisi Qous berada
paling bawah. Setelah sasaran kena, lihatlah letak benang bersyakul pada sisi
Qous, kemudian kita lihat skala yang dimulai dari dari Awwalul Qous (sisi Jaib
Tamam). Angka tersebut menunjukkan ketinggian Benda Langit.
b.
Untuk
memperoleh harga Sinus dari ketinggian Benda Langit tersebut di atas, kita
lihat garis JUYUB MANKUSAH yang melalui angka ketinggian Benda Langit memotong
sisi Jaib. Angka pada sisi Jaib yang dihitung mulai dari Markaz itulah
menunjukkan harga Sinus.
c.
Untuk
memperoleh harga Cosinus dari ketinggian Benda Langit tersebut diatas, kita
lihat garis JUYUB MABSUTHAH yang melalui angka ketinggian Benda Langit memotong
sisi Jaib Tamam yang dihitung mulai Markaz itulah menunjukkan harga Cosinus.
Selain
hal tersebut di atas, Rubu’ Mujayyab dapat dipergunakan untuk menentukan
fungsi-fungsi geneometris lainnya, perkalian dan pembagian fungsi geneometris,
mengukur ketinggian sebuah menara, pohon, dan kedalaman sebuah sumur, lebar
sebuah sungai dan lain sebagainya. [9]
D.
Kelemahan
dan Kelebihan Rubu’ Mujayyab (Alat Falak)
a)
Kelebihan yang terdapat dalam Rubu’
Mujayyab
1.
Rubu’
Mujayyab merupakan sebuah
alat yang multi fungsi, tidak hanya sebagai alat menghitung biasa saja seperti kalkulator, tetapi bisa
digunakan untuk menghitung ketinggian benda langit, tinggi tempat, tinggi
tiang, dan kedalaman sebuah sumur.
2.
Rubu’
Mujayyab
merupakan alat yang memberikan tabel astronomis, sehingga bisa digunakan untuk mencari
deklinsi matahari dan data astronomi lainnya.
b)
Kelemahan yang terdapat dalam Rubu’ Mujayyab
1.
Data yang ditampilkan pada alat ini tidak detail, hanya
data derajat saja.
2.
Dalam penentuan data dan pengambilannya tergantung pada
kecermatan hasib, karena alat yang digunakan adalah Rubu’ Mujayyab yang ketelitian alatnya masih kurang
baik.
3.
Susunan dari rumus mencari arah kiblat masih
terpisah-pisah, tidak menjadi satu kesatuan, atau satu jalan, sehingga dalam
mencari arah kiblat itu harus mencari data satu persatu. [10]
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rubu’
Mujayyab secara istilah adalah sebuah alat yang dipergunakan untuk
menghitung sudut benda- benda
angkasa, menghitung waktu, menentukan waktu salat, kiblat, posisi matahari dalam berbagai macam konstelasi
sepanjang tahun. Bagian-bagian rubu’ mujayyab diantaranya
markah, qousul irtifa’, jaib Tamam. Dll. Rubu’ al-Mujayyab dibuat oleh seorang
ahli ilmu falak Syiria bernama Ibn Asy-Syatir pada abad ke 14. Rubu’
Mujayyab mempunyai kelebihan dan kelemahan.
B. Kritik dan Saran
Dalam
pembuatan makalah diatas, masih terdapat
banyak kesalahan atau kekurangan. Karena keterbatasan kemampuan kami oleh
karena itu, kami mohon kepada teman-teman untuk membimbing kami dalam membuat
makalah yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama. 2010,
Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama
Islam,
Izzuddin, Ahmad. 2012. Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan
Arah Kiblat dan Akurasinya, Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia.
-------------- 2001.Ilmu Falak Praktis .
Semarang: Pustaka Rizki Putra,
Munawir, Ahmad Warson.1997. Kamus
al-Munawir Arab- Indonesia Terlengkap cet. XIV. Surabaya: Pustaka
Prograssif.
Ardliansyah,
Moelki. Kajian Perangkat Hisab Rukyat
Nusantara. dalam Jurnal Bimas Islam ,Vol. 8 No.1, Tahun 2015. http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/Vol%208%20no%201.pdf dikutip pada tanggal 4 November pukul 11.03
[1]
Ahmad Izzuddin, Kajian
Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, (Jakarta:
Kementerian Agama Republik Indonesia,2012), hlm.xvi
[2]
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap,(Surabaya:
Pustaka Prograssif, cet. XIV, 1997), hlm. 467
[4]Moelki
Ardliansyah, Kajian Perangkat Hisab Rukyat Nusantara, dalam Jurnal Bimas
Islam ,vol. 8 no.1, Tahun 2015. (dikutip pada tanggal 4 November pukul 11.03)
[5]
Ahmad Jaelani, dkk, Hisab Rukyat Menghadap Kiblat ,( Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2002),hlm,192
[6]
Ahmad Izzuddin, Kajian
Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya... hlm. 71-72
[7] Ahmad Izzuddin, Kajian
Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya,…hlm. 73
[8] Ahmad Izzuddin,Ilmu Falak
Praktis ,(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001),hlm.63
[9]
Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Proyek
Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Jakarta: 2010, hlm.200-202.
[10]
Skripsi encep abdul rojak, hal 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar