Rabu, 04 Januari 2017

LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM RONGGOWARSITO SEMARANG (NUR KHAFIDHOH)



LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM RONGGOWARSITO SEMARANG

Nama   : Nur Khafidhoh    
NIM    : 1403026058
Kelas   : PBA 5B

Museum Ronggowarsito terletak di Jl. Abdulrachman Saleh Semarang. Berdirinya Museum Ronggowarsito dimulai sejak 5 Juli 1975 dan diresmikan pada hari Sabtu Pahing, 2 April 1983. Dinamakan Museum Ronggowarsito dikarenakan beberapa pertimbangan diantaranya Pengambilan nama Ronggowarsito sendiri dari nama Seorang Pujangga Keraton Surakarta Hadiningrat yaitu Raden Ngabehi Ronggowarsito yang telah banyak meninggalkan kebudayaan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Jawa pada khususnya. Museum ini merupakan bangunan dua lantai yang menyimpan koleksi kerajinan dan seni Jawa, foto dokumenter, keris, lukisan, dan warisan budaya Jawa lainnya. Museum Ronggowarsito Semarang dilengkapi auditorium, perpustakaan, laboratorium, gudang dan taman. Di museum ini ada empat gedung utama, masing-masing dua lantai. Di delapan ruang gedung yang luasnya masing-masing 400 m2 itu terdapat sekitar 40.000 koleksi, dari mulai jaman prasejarah hingga jaman setelah proklamasi kemerdekaan.

MAKALAH RUBU' MUJAYYAB (NUR KHAFIDHOH)



RUBU’ MUJAYYAB
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Islam Budaya Jawa
Dosen Pengampu : Rikza Chamami, Msi

Disusun Oleh :

Lu’luil Maknun                       (1403026052 )
Fahiya ‘Alamatul Karomah     (1403026053 )
Ahmad Muhajirin                    (1403026056)
Nur Khafidhoh                       (1403026058)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
                               I.            PENDAHULUAN
Dalam khazanah ilmu falak sebagai bagian dari astronomi yang terkait dengan ibadah umat islam, penentuan arah kiblat menjadi hal penting untu didalami. Dalam penentuan arah kiblat, setidaknya ada dua metode yang dapat digunakan , yaitu azimuth kiblat dan rashdul kiblat. Azimuth kiblat (perhitungan sudut menghadap kiblat) dapat diaplikasikan pada beberapa alat seperti rubu’ mujayyab, segitiga kiblat, kompas, theodolit dan GPS. Sedangkan rashdul kiblat memperhitungkan waktu pada saat posisi matahari berada di atas ka’bah atau ketika matahari berada di jalur yang menghubungkan antara ka’bah dengan suatu tempat. [1]
Rubu’ mujayyab merupakan salah satu dari alat penentuan arah kiblat. Rubu’ Mujayyab  secara umum adalah  sebuah alat yang dipergunakan untuk menghitung sudut  benda-  benda  angkasa, menghitung waktu, menentukan waktu salat, kiblat, posisi  matahari dalam berbagai macam konstelasi sepanjang  tahun. Setiap alat penentu arah kiblat tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dalam alat Rubu’ Mujayyab  ini memiliki kelemahan dan kelebihan.

                            II.            RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Pengertian Rubu’ Mujayyab ?
2.      Bagaimana Sejarah Rubu’ Mujayyab ?
3.      Bagaimana cara penggunaan Rubu’ Mujayyab ?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan Rubu’ Mujayyab ?

RESENSI KITAB (NUR KHAFIDHOH)



Nama   : Nur Khafidhoh
NIM    : 1403026058 (PBA 5B)

RESENSI KITAB JAWA

Judul Asli                    : Matn Al-Ghayah wa Al-Taqrib
Judul                           : Terjemah Matan Al-Ghayah Wa Al-Taqrib
Pengarang                   : Al-Qadhy Abu Syuja’ Ahmad bin Al-Husain Al-Ashfahany
Penerjemah                  : Ahmad Suranto Rembang
Penerbit                       : Raja Murah              
Kota Terbit                  : Pekalongan
Tebal Buku                  : 197 halaman
Teks                             : Jawa Pegon

Kitab Terjemah Al-Ghayah Wa Al-Taqrib ini adalah sebuah ringkasan fiqih dalam madzhab Syafi’iy yang penulisannya menggunakan bahasa jawa pegon. Kitab ini  menjadi pegangan para ulama dan para penuntut ilmu dari hingga saat ini. Kitab terjemah ini  sangat cocok diajarkan di pondok pesantren di Indonesia sebagai mata pelajaran fikih. Karena dalam kitab ini menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami dan bagi para pemula mudah untuk menghafalkannya. Kitab ini cukup sebagai modal dasar untuk mengetahui hukum-hukum fikih, sebelum melanjutkan ke kitab-kitab yang lebih tinggi tingkatannya.